Dongeng Rakyat - Legenda Batu Menangis
Nan jauh didesa terpencil, ditengah pedalaman, hiduplah janda tua dengan anaknya yang bernama Darmi, sejak ayah Darmi meninggal kehidupan mereka menjadi susah. Ayah Darmi tidak mewarisakan harta sedikitpun. Sang ibu terpaksa bekerja disawah milik orang sebagi buruh upahan. semantara putrinya Darmi adalah seorang gadis yang manja, selain manja ia juga seorang gadis malas dan hanya bersolek dan mengagumi kecantikanya di depan cermin .
Setiap sore selalu hilir mudik dijalan kampung tanpa tujuan jelas, kecuali untuk mempertontonkan kecantikannya kepada penduduk kampung dan sama sekali tidak membantu ibunya bekerja, hingga suatu hari, ”Darmi, Darmi anak ku, ayo bantu ibu bekerja disawah" ajak ibunya “ah bekerja disawah? gak salah tuh? tidak tidak bu, aku tidak mau kerja disawah, nanti kulitku kotor dan kuku-kuku ku yang lentik ini bisa rusak, huh …." jawab Darmi dengan sinis, “apa kau tidak kasihan melihat ibu? lagi pula kalau tidak bekerja disawah, kita makan apa nanti?" sahut ibunya. “sudah aku bilang aku tidak mau bekerja disawah ah,,,” kata Darmi kekeh menolak permintaan ibunya .
Berkali-kali Darmi tidak memperdulikan ibunya yang sedang bersusah payah bekerja demi mendapatkan upah yang tidak terlalu besar, tapi setelah mendapat upah “huh lama sekali bu mana uangnya!” gerutu darmi “jangan nak, uang ini untuk membeli beras nanti" jawab ibunya dengan halus “tapi lihat ini bedak sudah habis, wajahku belepotan gini, aku mau membeli bedak yang baru. Huh lama sekali, sini uangnya, mana cepat", paksa Darmi Pada Ibunya .
Darmi selau meminta uang pada ibunya, tapi ia sendiri tidak memperdulikan keadaan ibunya yang bekerja setengah mati. hingga suatu hari, “nak , ibu mau kepasar , tolong jaga rumah ya” pamit ibunya , "oia bu sekalian belikan bedak yang baru ya?“ minta Darmi ." biar tidak salah ayo temani ibu kepasar! "ajak ibunya, “aku tidak mau pergi kepasar bersama ibu” tolak Darmi, dan ibunya pun mempertanyakan kenapa Darmi menolaknya “memangnya kenapa?". "nanti ibu salah membelikan bedaknya ?", dengan nada kesal Darmi menjawab “Ah cerewet, ya sudah aku mau, aku mau kepasar, tapi ibu berjalan dibelakangku yaaaa..” ibunya terkejut mendengar jawaban Darmi “hah kenapa nak?" Darmi menjawabnya dengan tanpa rasah bersalah “aku malu pada orang kampung berjalan berdampingan dengan ibu" lanjut ibunya "hah,,, kenapa harus malu nak?, bukankah aku ini ibu kandungmu?“ sambil menyentuh baju lusuh ibunya darmi menjab "hah, coba lihat pakaian ibu itu, kotor begitu, berantakan, kumal wajah ibu keriput , hitam , aku malu punya ibu seperti itu ."
Betapa pedihnya sang ibu melihat kelakuan anaknya, walaupun kesal, karena kasih sayang, ibu tetep mengikuti kemauan anaknya mereka lalu berjalan kepasar desa, tapi walau pun mereka ibu dan anak, penampilan mereka sangat berbeda, bagai bumi dan langit, tidak tampak sebagai sebuah keluarga “Darmi, mau kemana ?“ tanya seorang pemuda, sambil tersenyum Darmi menjawab “mau kepasar” sang pemuda itu bertanya lagi “lalu itu siapa dibelakangmu itu, apakah ibumu ? dengan binggung Darmi menjawab “eh ,, dia bukan, bukan ibu ku dia pembantuku." ibunya kaget mendengar jawaban Darmi seketika ibunya langsung berhenti berjalan menjauhkan kakinya ke tanah sambil merunduk serta menitihkan air matanya. “ibu, ibu , ibu ayo jalan. ibu kenapa ? ibu sedang apa ?" tanya Darmi binggung dengan perilaku ibunya, sedang ibunya yang menangis sambil berdoa dalam hatinya “ya tuhan ampunilah hambamu ini, hamba tidak sanggup lagi menghadapi anak yang durhaka ini kalau ia tidak menyesal, berikan hukuman yang setimpal padanya” .
Tiba-tiba langit menjadi hitam, hujan turun, petir menyambar-nyambar “ibu, ibu, bagaimana ini, ibu maafkan Darmi, ibu, ibu maaf, maaf , Darmi tidak akan mengulanginya lagi" kata Darmi yang tiba tiba tubuhnya perlahan mengeras dan menjadi batu. Tapi apa hendak dikata, takdir telah ditentukan, Darmi gadis durhaka itu kini telah menerima karmanya, penyesalan tidak berguna. walaupun telah menjadi batu, ibu dengan kasih sayang memperhatikan anaknya
Tiba-tiba langit menjadi hitam, hujan turun, petir menyambar-nyambar “ibu, ibu, bagaimana ini, ibu maafkan Darmi, ibu, ibu maaf, maaf , Darmi tidak akan mengulanginya lagi" kata Darmi yang tiba tiba tubuhnya perlahan mengeras dan menjadi batu. Tapi apa hendak dikata, takdir telah ditentukan, Darmi gadis durhaka itu kini telah menerima karmanya, penyesalan tidak berguna. walaupun telah menjadi batu, ibu dengan kasih sayang memperhatikan anaknya
Pesan moral “senantiasa bersyukur dengan orang tua kita, apapun itu keadaannya. Jangan pernah durhaka padanya .”
0 Response to "Legenda Batu menagis "
Post a Comment