Cerita Rakyat - Dongeng Malin Kundang
Malin Kundang sangat senang
sekali bermain, setiap hari, kerjaannya hanya mengejar ayam satu satunya milik
orang tuanya “hehehehehehehe, kemari kau Burik, hehehehehehe” Malin kecil trus
mengejar si burik. Ketika Malin Kundang berhasil menagkapnya, biasanya ia akan
menyiksa ayam ayam itu , “hahaha, kena kau" ucap si malin.
Suatu hari ayah Malin Kundang
hendak merantau ke negeri sebrang, konon katanya , Negeri sebrang sangat kaya dan
mencari uang disana sangat mudah , “ayah berangkat ya Malin ?“ pamit ayahnya
“iya ayah” jawab malin .
Ayah Malin Kundang segera ikut
naik kapal beserta penduduk lain yang hendak merantu. Tinggalah ibu dan Malin di
desa yang miskin itu. Hari demi hari, tidak ada kabar dari sang ayah, sang ibu
pun bekerja lebih keras, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. "Ayo
silahkan dibeli “ sementara si Malin kundamg masih saja mengejar si Burik. Ketika suatu hari hendak mengejar
si Burik tiba tiba malin kundang terjatuh “aduh.. aduh,,hohoho," kaki, lenganya
tergores batu tajam, lukanya sangat besar dan mengeluarkan darah. Sang ibu
segera mengobati luka si Malin Kundang dengan penuh kasih sayang. “luka ini
pasti sembuh , namun bekas lukanya akan susah hilang “ ucap si ibu, namun si
Malin tetap saja masih menangis “aduh,huhuhuhu,aduh …”
Hari berganti bulan, bulan
berganti tahun, dan tahun berjalan dengan tergesa gesah, tanpa terasa Malin
sekarang menjadi pemuda yang tampan dan kuat , ia mulai bosan tinggal di desa
yang sepi dan miskin itu, dia ingin merantau seperti ayahnya. “aku akan
merantau seperti ayah!“ kemudian Malin Kundang meminta izin kepada ibunya “bu
izinkan aku merantau ke negeri sebrang !“ pinta Malin Kundang kepada ibunya yang
segera merasa sedih “jangan anak ku ibu takut kau tidak kembali seperti ayahmu,
hanya kamu satu satunya anak ku , kalau kamu tidak kembali , aku hidup dengan
siapa?“ Malin menjawab "jangan khawatir aku akan berjanji aku pasti akan
kembali aku akan jadi orang kaya , lalu akan memboyong ibu untuk hidup bersama
ku."
Akhirnya tidak ada lagi yang bisa diperbuat ibunya, Malin Kundang bersikukuh untuk pergi, Malin Kundang menyelinap ke sebuah kapal. Ia bersembunyi di peti kayu ”sepertinya disini
aman" Ucap Malin Kundang, kapal pun berlayar, namun di tengah laut, kapal itu di cegat bajak laut,
semua awak kapal dibunuh oleh bajak laut, mereka merampas barang-barang berharga
dikapal itu dan meningalkan kapal-kapal itu tekantunh-kantung dilaut ” kapal
kita dirampok-rampok,,!"
Malin kundang selamat karena ia
sembunyi di peti. Saat ia keluar dari persembunyiannya, kapal itu sudah
terdampar di sebuah pantai, sungguh beruntung, sebab didekat pantai itu, ada
sebuah desa yang subur dan kaya pelabuhan yang besar dan ramai, Malin Kundang
tersenyum meski tubuhnya lemas tak berdaya . “disini aku akan mengadu nasib“ Seru Malin dalam hati, Malin bekerja keras siang malam. Hanya satu dalam benaknya yakni menjadi orang
kaya. Tekad dan kerja kerasnya membuahkan hasil, dia pun menjadi kaya, punya
kapal besar , dengan 100 awak kapal “aku kaya aku kaya hahahahah ,,,"
Hingga suatu hari, Malin
mengajak istrinya berlayar dengan mengunakan kapal mewah. Mereka berlabuh
dipelabuhan dikampung halaman Malin Kundang. Berita suksesnya Malin Kundang
pun terdengar sampai di telinga ibunya “apakah itu kapal si Malin anak ku ?“ tanyanya pada dirinya sendiri. Dengan kaki riang, ibu yang sudah renta itu
terseog-seog berjalan ke pelabuhan. “dia memang Malin kundang , aku yakin" batin
ibunya , saat melihat Malin turun dari kapal besarnya bersama istrinya“
Malin, Malin kamu pulang nak ?“ istri Malin Kundang heran, dengan seorang ibu
tua yang berlari kearah mereka sambil berteriak-teriak, pakaian
compang-camping, wajahnya rentah dan lusuh “siapa dia kanda ? apa benar
dia ibumu ?" Malin Kundang gelisah, ia tidak mau istrinya tau kalau Malin Kundang
berasal dari keluarga miskin, “entahlah dinda mungkin hanya pengemis tua yang
meminta sedekah“ ibu tua mendengar perkataan Malin Kundang dan berubah sedih
“masa kau tidak mengenali wajahku anakku?, ini ibumu yang membesarkanmu !“ Malin Kundang menjadi marah, “ibuku sudah lama mati, jangan mengaku ngaku
wahai pengemis tua heh ,,, “ sang ibu menangis terseduh-seduh, "aku yakin kamulah
Malin anakku , lihatlah bekas luka di langan mu hanya malin kundang anak ku
yang mempunyai bekas lika itu” Malin kundang makin marah . ia menyuruh
pengawalnya untuk memgusir ibu yang semakin terseduh-seduh “ya tuhan , jika
memang ia benar anakku, Malin Kundang ku kutuk dia jadi batu “! Seketika petir
menggelegar, padahal langit sedang cerah, pelan-pelan Malin kundang merasakan
hal aneh pada tubuhnya yang semakin kaku, "oh ada apa dengan tubuhku, hah hah
tubuhku kaku hoh,hoh,hoh tidaaak” Malin kundang pun sadar bahwa Ia sedang di
kutuk, Malin bersimpuh mencium tanah, dan berubah menjadi batu, terlambat sudah
bagi nya menyesali sifat buruknya pada ibunya
Pesan moral dari cerita Malin Kundang adalah kita tidak boleh durhaka
terhadap orang tua kita sendiri apapun
keadaan orang tua kita adalah rahmat dan berkah yang harus di syukuri ,,,
Tempatnya dimana itu
ReplyDelete